jam

Monday, November 2, 2015

Pengobatan penyakit tbc

Pengobatan penyakit tbc alami

Banyak bahan alami yang bisa digunakan untuk mengobati penyakit tbc, namun penggunaan kulit manggis dalam mengatasi penyakit tbc sangatlah tepat. Karena sudah banyak penelitan terhadap kulit manggis yang membuktikan,bahwa kulit manggis mampu membasmi virus mikrobaterium tuberkulosa (penyebab tbc) dengan baik.



Obat Penyakit Kanker
Hasil penelitian di Tokyo pada tahun 2003, menunjukkan bahwa antioksidan super (xanthone) dalam kulit manggis memiliki efek anti bakteri yang dapat menghambat dan membunuh perkembangan mikroorganisme seperti Mycobacterium tuberculosis (penyebab TBC) dan Staphylococcus aureus(penyebab infeksi dan gangguan pencernaan). Ekstrak kulit manggis juga dipercaya dapat mengobati arthritis, asma, Alzheimer, alergi, dyspepsia(gangguan pencernaan), jerawat, dan eksim.xanthone bersifat antimikroba terhadap MRSA(methicillin resistant staphylococcus aureus), yaitu bakteri yang telah kebal terhadap obat antibiotik yang dapat menyebabkan infeksi parah. Kulit buah manggis juga bersifat sebagai antijamur. Aktivitas antijamur hasil isolasi xanthone yang berasal dari kulit buah manggis dan beberapa derivate mangostin terhadap jamur Fusarium oxysporum, Alternaria tenuis, dan Dreschrela oryzae dapat menghambat pertumbuhan semua jamur
Sementara itu, DAUN SIRSAK juga punya manfaat baik untuk TBC. Salah satu manfaat yang dapat diambil dari daun sirsak untuk  pengobatan TBC ialah kemampuannya dalam sistem kekebalan tubuh (imunitas). Biasanya orang yang menderita TBC tubuhnya lemah dan rentan terkena penyakit lainnya, disinilah manfaat daun sirsak berperan yaitu dengan memperkuat sistem kekebalan tubuh agar penderita TBC tidak akan mudah terserang penyakit lain sehingga dapat membantu proses penyembuhan.

Pengobatan TBC

Putus pengobatan bukan tanpa risiko. Kuman yang luar biasa penyebab tuberkulosis ini akan bangun lagi dan menjadi lebih ganas. Sering kali penderita tuberkulosis yang putus obat, datang kembali dengan gejala yang lebih berat beberapa bulan kemudian. Bahkan sampai tidak lagi dapat diatasi dengan pengobatan standar karena kuman menjadi kebal.
Penderita tuberkulosis tentunya tidak bisa berhenti dalam pengobatan ini. Pengobatan tuberkulosis akan dihentikan bila gejala dan penyebab mulai menghilang dan tidak menunjukkan kemunculan kembali, tentunya atas ijin dan tetap dalam pengawasan dokter. Namun semua itu tergantung dari pola hidup penderita dan menjauhi penderita TBC lainnya.
Bila seperti ini, pengobatan akan menjadi sangat sulit. Pasien harus disuntik setiap hari selama 2 bulan. Itupun tidak menjamin kesembuhan, karena paru-paru atau organ lain sudah terlanjur rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi. Pengobatan yang seharusnya hanya 6 bulan, dapat menjadi jauh lebih panjang sampai 1-2 tahun.
Dengan demikian, keberhasilan pengobatan sangat bergantung pada kepatuhan penderita dalam minum obat tbc. Kehadiran pengawas dalam minum obat (PMO), apalagi orang yang dekat atau dihormati oleh penderita, selain mengingatkan untuk minum obat juga memberi semangat untuk sembuh. Selain rutin meminum obat, pasien juga hendaknya memperhatikan asupan makanan yang disantapnya, agar bergizi baik dan tinggi protein. Ini akan turut mendukung proses penyembuhan agar lebih sempurna. 
 
 Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin (mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat.

Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk meminum obat dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi biasanya setelah 2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang sehingga pasien menjadi malas meminum obat dan kontrol ke dokter.

Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBC tidak mempan pada kuman TBC (resisten). Akibatnya, harus diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan "keras". Hal ini harus dihindari dengan pengobatan TBC sampai tuntas.

Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan menimbulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya terjadi pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan/pendengaran terganggu, kencing seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal dan kemerahan kulit, rasa panas di kaki/tangan, lemas, sampai mata/kulit kuning.

Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul pada dokter setiap kali kontrol sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis, mengganti obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan.




Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
  • Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
    Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
  • Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.
Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini
 

No comments:

Post a Comment